Apakah Aku Meminta Terlalu Banyak?

Aku terlahir dari langit yang kelabu,

tapi kupikir aku bisa tumbuh jadi matahari.
Sayangnya, sejak kecil aku belajar,
bahwa cinta tak selalu hadir dari tempat yang seharusnya.

Hatiku dibentuk oleh badai,
dibesarkan oleh sunyi yang tak pernah kupilih.
Maka tak heran jika aku kini penakut ,
dan memeluk pun seperti menggenggam bayangan
selalu lewat, tak bisa tinggal.

Aku mencintai dengan diam,
seperti bulan yang menatap bumi tanpa pernah disadari.
Aku tersesat di rindu yang tak pernah selesai,
dan terkadang bertanya,
apakah aku layak dicintai seindah mereka?

Di luar sana,
ada wanita-wanita yang dicintai seperti senja
dirindukan, ditunggu, dijaga.
Sedang aku?
Aku bahkan takut menyalakan cahaya dalam dadaku,
karena terlalu sering dianggap api yang membakar.

Setiap cinta yang datang,
selalu aku racuni dengan luka masa lalu,
bukan karena ingin menghancurkan,
tapi karena aku tidak tahu bagaimana caranya merasa aman.

Usiaku bertambah,
tapi aku masih gadis kecil dalam hati yang retak,
berdoa lirih,
"Adakah lelaki yang cukup berani mencintaiku,
bukan sebagai tantangan,
tapi sebagai rumah?"

Aku tak ingin dimanjakan dunia,
aku hanya ingin digenggam,
dan tidak dilepas saat aku hancur.

Apakah itu terlalu banyak?
Atau memang dunia tak pernah berniat menghadiahkanku cinta yang sederhana?