Apakah Bintang Pernah Melihatku?

 Aku membangun tangga dari abu-abu pagi,

menyusun anak-anak tangga dari niat yang kadang patah.
Jika kudaki terus, meski lututku gemetar,
akankah satu bintang akhirnya membungkuk memandangku?

Aku meniup perahu dari napas yang lelah,
menyebrangi sungai penuh kerikil doa yang tak terdengar.
Jika layar kecilku robek di tengah gelombang,
adakah tangan yang diam-diam menjahitkannya untukku?

Aku menanam benih tanpa tahu musim,
di tanah yang kadang mencemooh dengan dingin.
Jika aku setia menyiraminya dengan air mataku sendiri,
apakah angin suatu hari akan membawa bunga yang tak pernah kutahu namanya?

Aku mengetuk pintu langit dengan telapak berdarah,
bukan untuk mengemis,
tapi untuk mengabarkan:
"Aku di sini. Aku mencoba."

Jika malam terlalu lama menutup mata-Nya,
bolehkah aku tetap menulis surat-surat kecil,
dengan tinta sabar dan nama-Nya di setiap sudut?

Dan bila akhirnya dunia memelukku perlahan,
bukan karena kasihan,
melainkan karena aku layak—
akankah aku tahu
bahwa aku telah menjadi jawaban atas doaku sendiri?