Jika hujan telah selesai bercerita,
siapa yang akan menyiram benih di bawah tanahku?
Apakah embun, atau hanya jejak kaki yang lalu?
Jika jembatan itu rapuh dan retak,
siapa yang akan menyeberangiku?
Atau haruskah aku belajar berenang di arus yang tak pasti?
Bila malam lupa memadamkan lampu,
bisakah aku tidur di antara bayanganku sendiri?
Ataukah fajar akan datang membawa warna lain,
yang belum pernah kupeluk sebelumnya?
Saat taman-taman lama runtuh ke tanah,
adakah benih liar yang akan tumbuh tanpa permisi?
Dan, akankah aku—tanpa sengaja—menyebutnya rumah?
Jika aku melepaskan genggaman lama,
apakah kedua tanganku masih cukup untuk memeluk dunia baru?
Atau... mungkin, dunia itu sedang menunggu aku
untuk memeluknya duluan?