Payung

 Dulu,

ada sebuah payung
yang selalu setia terbuka
setiap hujan mendekat.
Tak peduli badai sekeras apa,
aku tahu—aku tak akan basah
selama aku di bawah lindungnya.

Warnanya pudar,
tangkainya ringkih,
tapi aku mencintainya
karena di sanalah aku merasa aman
meski dunia tak ramah.

Namun waktu berjalan…
dan payung itu mulai berbeda.
Ia tak lagi terbuka untukku.
Ia menusuk tanah,
berdiri kaku seperti tak mengenalku lagi.
Setiap kali kutarik gagangnya,
yang kudapat justru luka
dan air mata yang tak bisa kusembunyikan.

Kini, setiap hujan datang,
aku menggigil sendirian,
masih memandangi payung itu dari jauh,
berharap ia berubah pikiran—
berharap ia kembali
menjadi tempatku berteduh.

Tapi ia diam.
Dan aku mulai mengerti:
tak semua yang pernah melindungi,
akan selalu memilih untuk menjaga.